Text
Syekh Mutamakkin: Perlawanan Kultural Agama Rakyat
Buku ini memberikan sebuah kesimpulan yang menurut saya sangat dahsyat yaitu
bahwa mbah Mutamakkin ini telah memberikan pada kita sebuah contoh yang luar
biasa mengenai peranan agama dalam kehidupan kita. Di sini saya melihat mbah
Mutamakkin telah memulai sesuatu yang baru yaitu dia memperkenalkan bangsa kita
kepada pendekatan; tidak anti dan tidak pro melainkan berbeda. Beliau itu bagi saya
sangat penting sebagai tokoh yang membawakan pendekatan kultural di dalam
hubungan antara agama dan kekuasaan.
KH. Abdurrahman Wahid, Presiden RI Ke-4
Buku ini penting dibaca, mengandung informasi baru yang sangat menarik dalam
rangka sejarah keagamaan Jawa, dan secara umum, dalam konteks sejarah Indonesia
sejak kedatangan agama Islam di Kepulauan Nusantara. Kita belum mempunyai
sumber yang bisa menolong kita untuk memilih antara dua versi peristiwa dalam Serat
Cebolek. Akan tetapi sekarang, sebagaimana terekspresi dalam buku ini, mungkin kita
dapat mendekati ajaran-ajaran Syekh Mutamakkin dan bisa menilai secara langsung
ajaran-ajarannya.
Prof. Dr. M. C. Ricklefs
Scholar of the history and current affairs of Indonesia
Sumber-sumber yang dikaji disini tidak hanya dari Serat Cebolek, tetapi dari
tulisan/naskah Syekh Mutamakkin sendiri yang mengungkapkan wacana pemikirannya
yang menampilkan sebuah gejala keagamaan yang pada masa Syekh Mutamakkin
merupakan trend yang sangat penting yang pernah saya sebut yaitu trend Neo-Sufisme
yang itu berkembang melalui jaringan para ulama dan juga jaringan para guru murid
baik di lingkungan para Ulama luas atau para Ulama independen baik yang berada
didalam hirarki kekuasaan ataupun di luar. Oleh karana itu, karya ini sangatlah menarik
sebagai sejarah sosial sekaligus sejarah intelektual.
Prof. Dr. Azyumardi Azra
Pemikir Muslim terkemuka, penulis lebih dari 20 judul buku tentang Islam
Saya tertarik dengan tulisan saudara Zainul Milal Bizawie ini, hal-hal yang saya sejak
kecil juga akrab. Ternyata saya baru tahu di sini, misalnya saja bagaimana mengkaitkan
Dewa ruci itu dengan lakon Bima mencari tirtosari itu di dalam tulisan-tulisan mbah
Mutamakkin. Lakon Dewaruci yang kemudian ternyata ada hubungan erat dengan
mbah Mutamakkin. Dan inilah yang antara lain, mengikat antara kejawen dengan
Islam.
Prof. Dr. M. Bambang Pranowo
Guru Besar Sosiologi Agama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Syekh Mutamakkin telah menunjukkan bahwa perlawanan intelektual dan kultural
terhadap konstruksi nalar keagamaan otoritarian, apapun ideologi di balik itu, bukanlah
tabu. Dalam hal dan konteks tertentu justru merupakan keharusan. Milal telah berhasil
memerikan dan menganalisisnya dengan baik dalam buku ini.
Moch Nur Ichwan, PhD
Ketua Prodi Agama dan Filsafat, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain