Text
Sekolah Hijau : Sebuah Alternatif Model Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan
Sampai pada titik ini, pertanyaan yang bisa diajukan adalah mengapa sampai sekarang tata-kelola sumber daya alam kehutanan masih diwarnai tingkat deforestasi dan kerusakan lingkungan yang tidak mengalami penurunan? Pertanyaan lain yang juga penting mengukutinya adalah setelah diperluasnya hak-hak rakyat secara kolektif untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumber daya alam terbarukan, bagaimana kondisinya saat ini, mengapa pola ini juga kurang berkembang sebagai "model alternatif", apa saja faktor-faktor yang menghambat.
Untuk menjawab persoalan itu, bab-bab dalam buku yang ditulis oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu, berupaya untuk menjawab dan mengurai berbagai sisi menyangkut permasalahan tata kelola dan kemanfaatannya bagi umat manusia.
Cukup beruntung gagasan "Sekolah Hijau" mendapatkan kesempatan untuk menjadikan tiga desa di Sumatera Barat dan Jambi, atas dukungan MCA-Indonesia, untuk menjadi tempat mengaplikasikan gagasan dalam sebuah "laboratorium-lapangan". Tiga desa/kampung yang menjadi ruang praktek bersama masyarakat penting digambarkan profilnya untuk dapat memberi gambaran utuh menyangkut karakteristik berikut permasalahan dan potensi yang dimiliki.
Proses membangun manusia, kelembagaan, dan jejaring melalui "Sekolah Hijau" tentu membutuhkan waktu yang tidak pendek termasuk dukungan partisipasi masyarakat untuk mengembangkan diri mereka secara mandiri. Melalui benih-benih pengetahuan dan kesadaran untuk selalu
mengembangkan diri secara individu dan kolektif adalah langkah awal bagi kesuksesan Sekolah Hijau.
Tidak tersedia versi lain